Irigasi atau pengairan merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia.
Melalui irigasi yang teratur, lahan pertanian atau sawah tidak hanya mengandalkan hujan saja sebagai sumber air. Di Indonesia ada beberapa jenis irigasi yang sering digunakan. Salah satu yang terkenal adalah sistem subak di Bali. Namun, ada beberapa jenis irigasi yang bisa di terapkan untuk lahan pertanian, diantaranya :
– Irigasi Lokal
Pada dasarnya cara kerja dari irigasi lokal adalah sama seperti irigasi permukaan, yakni menggunakan pipa dari sumber air ke lahan pertanian tertentu. Prinsipnya juga menitikberatkan pada gravitasi, artinya bila daerah tersebut lebih tinggi maka lahan itulah yang akan mendapatkan air terlebih dahulu. Bila irigasi permukaan mencakup hampir sebagian besar area pertanian yang luas, maka irigasi lokal akan mengaliri area pertanian dengan cakupan yang lebih kecil semisalnya satu area pertanian atau satu petak sawah. Maka dari itulah dinamakan dengan irigasi lokal.
– Irigasi Permukaan
Irigasi ini merupakan yang tertua di Indonesia dan paling banyak digunakan. Cara kerjanya pun juga sangat mudah, yakni dengan mengambil air sungai sebagai sumbernya. Air sungai tersebut kemudian dibendung untuk disalurkan lewat selang atau parit ke area pertanian dan sawah-sawah yang ada di sekitarnya. Irigasi permukaan memanfaatkan gravitasi, sehingga sawah atau lahan dengan permukaan lebih tinggi akan mendapatkan air terlebih dahulu. Selain itu, juga ada penjadwalan debit air agar irigasi lancar dan merata.
– Irigasi Bawah Permukaan
Irigasi bawah permukaan dengan cara memanfaatkan pengairan pada lapisan tanah. Caranya adalah dengan meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar dengan pipa maupun saluran terbuka. Pipa yang digunakan biasanya memiliki diameter 10 sentimeter dan tebalnya 1 sentimeter. Sistem irigasi ini sangat cocok diterapkan di daerah yang memiliki tekstur tanah sedang sampai kasar agar tidak terjadi penyumbatan pada lubang air. Irigasi bawah permukaan juga cocok untuk tanah dengan kadar garam rendah.
– Irigasi Menggunakan Pompa Air
Banyak petani yang menggunakan cara ini karena cukup mudah dan ringkas. Anda cukup mengalirkan air dari sumbernya baik itu dari sumur air, ataupun sungai ke lahan pertanian dengan menggunakan pompa air yang disalurkan lewat pipa. Apabila sumber air ini melimpah dan tidak kering saat kemarau sekalipun, maka bisa dijadikan sumber untuk irigasi dengan menggunakan pompa air.
– Irigasi Dengan Pancaran
Bila dibandingkan dengan jenis sebelumnya, irigasi jenis ini sedikit berbeda dan lebih modern. Masih belum banyak petani menggunakan jenis irigasi ini karena masih baru dikembangkan beberapa waktu belakangan ini. Prinsip kerjanya yakni menyalurkan air dari sumber ke daerah sasaran dengan pipa. Pada lahan dan sawah tersebut, pipa kemudian disumbat menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah dengan begitu muncul pancaran air seperti air hujan. Namun, sistem irigasi ini sebaiknya digunakan pada daerah dengan kecepatan angin yang tidak terlalu besar.
– Irigasi Menggunakan Timba
Umumunya dilakukan dengan tenaga manusia. Dengan kata lain, para petani mengairi lahannya dengan menggunakan timba atau ember. Para petani inilah yang mengangkut air dari sumbernya kemudian menyiramkannya pada tanaman secara manual. Saat ini, irigasi menggunakan timba sudah jarang dilakukan karena banyak yang beralih menggunakan pompa air.
– Irigasi Tetes
Irigasi tetes yakni menyalurkan air ke lahan pertanian menggunakan pipa berlubang dan diatur dengan tekanan tertentu. Dengan cara inilah air dari pipa akan muncul dalam bentuk tetesan dan langsung mengarah pada bagian tanaman. Tujuannya agar air bisa langsung menuju ke akar tanaman, sehingga tidak membasahi lahan dan mencegah air terbuang karena penguapan. Keunggulan dari irigasi ini adalah cocok digunakan untuk tanaman di masa awal pertumbuhannya.
Baca juga disini
Sumber:
– https://kumparan.com/techno-geek/7-jenis-irigasi-pertanian-1551409229979082332/full